Sabtu, 14 Juni 2014

Book Review : Tuesday With Morrie By Mitch Albom #19

Tuesday With Morrie 
Author : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Alex tri Kantjono Widodo
Cetakan kedelapan, Juli 2011
ISBN : 978-979-22-5021-3
Tebal : 209 Hal.
Genre : Inspirational, Drama 
Rating : ★★★★

Bagi kita mungkin ia sosok orangtua, guru, atau teman sejawat. Seseorang yang lebih berumur, sabar, dan arif, yang memahami kita sebagai orang mudapenuh gelora, yang membantu kita memandang dunia sebagai tempat yang lebih indah, dan memberitahu kita cara terbaik untuk mengarunginya. Bagi Mitch Albom, orang itu adalah Morrie Schwartz, seorang mahaguru yangpernah menjadi dosennya hampir dua puluh tahun yang lampau.

Barangkali, seperti Mitch, kita kehilangan kontak dengan sang guru sejalan dengan berlalunya waktu, banyaknya kesibukan, dan semakin dinginnya hubungan sesama manusia. Tidakkah kita ingin bertemu dengannya lagi untuk mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan besar yang masih menghantui kita, dan menimba kearifan guna menghadapi hari-hari sibuk kita dengan cara seperti ketika kita masih muda?


Bagi Mitch Albom, kesempatan kedua itu ada karena suatu keajaiban telah mempertemukannya kembali dengan Morrie pada bulan-bulan terakhir hidupnya. Keakraban yang segera hidup kembali di antara guru dan murid itu sekaligus menjadi sebuah "kuliah" akhir: kuliah tentang cara menjalani hidup. Selasa Bersama Morrie menghadirkan sebuah laporan rinci luar biasa seputar kebersamaan mereka.


source

Setelah sempat dilanda ke-tidak-mood-an menulis selain karena ujian dan juga karena tugas yang sama menumpuknya dengan timbunan buku yang belum dibaca, senang sekali akhirnya saya bisa bangkit buat menulis lagi *eh* *curhat* nah buku yang akan saya review ini salah satu hasil hunting buku di Bazar Buku Gramedia Makassar pada bulan mei lalu. saya merasa benar - benar beruntung sekali karena saat itu saya memang lagi ingin melengkapi koleksi buku-buku mitch albom, dapat buku ini terasingkan sendirian diantara buku-buku lain yang bersampul plastik, berada paling atas tapi dicuekin dan syukurlah saya datang kemudian dan menyelamatkannya dengan membelinya *hihi*

Nah, Tuesday with Morrie berkisah tentang 'ujian akhir' seorang dosen professor Morrie dengan muridnya yang sudah lama sekali tidak ditemuinya, Mitch Albom (penulis buku ini) setelah melihat professor Morrie di acara Nightline, Mitch lalu teringat janji pertemuannya 16 tahun yang lalu dengan dosen sekaligus mentor yang paling dekat dengan dirinya saat di universitas dulu. 


Kadang-kadang kita tak boleh percaya dengan apa yang kita lihat, kita harus percaya kepada yang kita rasakan. Dan jika kita ingin orang lain percaya pada kita, kita harus merasa bahwa kita dapat mempercayai mereka juga. bahkan meskipun kita sedang dalam kegelapan. Bahkan ketika kita sedang terjatuh.


Di saat itu pula Morrie menyadari waktunya tidak banyak lagi. dia terkena penyakit ALS ( 'Amyotrophic Lateral Sclerosis' penyakit yang mempengaruhi sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang) yang membuat tubuhnya melemah dari kehari dan juga membuat daya kerja tubuhnya berangsur - angsur memburuk. Mitch yang menyadari hal ini. lalu mengunjungi Morrie ke rumahnya, dan sepakat untuk menepati janjinya yang dahulu sempat tak terpenuhi. Morrie dan Mitch mengadakan diskusi singkat setiap hari selasa, berdiskusi tentang makna hidup dengan tema yang berbeda-beda setiap minggunya :)


ALS dapat dipadankan dengan sebatang lilin yang menyala; api membakar sumbunya dan tersisa hanya seonggok lilin. Awalnya sering dimulai dari kaki, terus menjalar ke atas. Kita kehilangan kendali atas otot - otot paha, sampai tidak mampu berdiri lagi. Kita kehilangan kendali atas otot - otot punggung kita, sampai tak mampu duduk tegak lagi. Akhirnya andaipun masih hidup, kita hanya mampu bernapas lewat sebuah pipa yang ditusukkan ke tenggorokan, dan meskipun nyawa kita masih ada, kesadaran masih ada, semua itu terkungkung di dalam tubuh lumpuh yang hanya mampu berkedip, atau berdecak seperti manusia beku yang kita saksikan dalam film-film fiksi ilmiah, Belum ada yang bertahan lebih dari lima tahun sejak pertama kali terjangkit penyakit ini.


Kendati semua yang dialaminya, suaranya masih keras dan memikat, sementara otaknya sarat dengan jutaan pikiran yang terus bergolak. Ia ingin sekali membuktikan bahwa kata "sekarat" tidak sinonim dengan "tidak berguna"

Sama seperti buku pertama Mitch Albom yang saya baca yaitu 'For One More day' buku ini juga banyak menyimpan kejutan, sangat menyentuh dan banyak sekali pelajaran tentang makna hidup yang bisa kita pelajari dari setiap ceritanya, banyak kutipan - kutipan tentang makna hidup yang sangat inspired yang tersebar terutama dari dari sang tokoh utama 'Professor Morrie Schwartz' yang tidak menyerah meskipun mengetahui hidupnya tidak akan lama lagi, di umurnya yang sudah senja ia ingin memberikan 'kuliah terakhir' yang paling berharga sekaligus memberikan pelajaran simpel tentang bagaimana pentingnya hubungan manusia satu sama lain.


Kita harus mencari apapun yang baik, benar, dan indah dalam masa hidup yang sedang kita jalani. Memandang ke belakang membuat kita seperti sedang berlomba. Padahal usia bukan sesuatu yang dapat diperlombakan


Hal yang sukai adalah bagaimana sang penulis membuat ceritanya terasa sangat hidup dan juga bisa membuat kita berimajinasi dengan keadaan Amerikat serikat saat itu. Kekurangan? mungkin menurut saya karena kurangnya penjelasan tentang orang-orang di sekitar Morrie selain Mitch, seperti Charlotte, David, Rob dan lain-lainnya :)

But, Overall 4 stars for this book :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar